Sejarah

PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN

KELOMPOK BELAJAR “BHINNEKA”

PENDAHULUAN

Pada umumnya anak-anak Indonesia yang datang ke Nagoya mengikuti orang tuanya,

bersekolah di sekolah Jepang yang menerapkan murni kurikulum Jepang. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang tua tentang ketidakpahaman anak-anak Indonesia terhadap bahasa, budaya dan realitas negaranya sendiri.

Beberapa laporan orang tua yang telah menyelesaikan studinya di Jepang, dan pulang ke Indonesia juga menyebutkan kesulitan anak-anak untuk beradaptasi dengan proses pembelajaran di Indonesia. Juga laporang tentang keengganan sekolah negeri menerima anak-anak dari sekolah Jepang karena adanya perbedaan kurikulum antara kedua negara.

Menyadari hal ini PPI Jepang komisariat Nagoya berinisiatif untuk menyelenggarakan Kelompok Belajar bagi sejumlah anak-anak Indonesia yang bertempat tinggal di Prefektur Aichi pada umumnya atau khususnya di Kota Nagoya.

Rapat pendirian Kelompok Belajar ini berlangsung selama 16 Desember 2007, 13 Januari 2008, dan 20 Januari 2008. Dalam rapat pertama disepakati untuk memberi nama kegiatan ini sebagai Kelompok Belajar “BHINNEKA”.

TUJUAN

1.    Membantu anak-anak SD yang ikut orang tuanya ke Jepang agar dapat beradaptasi dengan mudah sekembalinya ke Indonesia,

2.    Meningkatkan kemampuan membaca huruf alphabet, kemampuan berhitung dan, berkomunikasi, memahami bacaan dan menganalisa masalah dalam Bahasa Indonesia

3.    Mengenalkan budaya Indonesia dan permainan anak tradisional

PELAKSANAAN

Kondisi kelompok belajar pada awal pendirian adalah sebagai berikut :

1.      Tanggal pendirian : 21 Januari 2008

2.      Kegiatan hari pertama : 2 Februari 2008

3.        Jumlah siswa pada awal kegiatan: 20 orang siswa, yang terdiri dari :

1 orang siswa kelas 6,

6 orang siswa kelas 5,

1 orang siswa kelas 4,

5 orang siswa kelas 3,

4 orang siswa kelas 2, dan

3 siswa kelas 1.

Jumlah siswa mengalami penyusutan karena ada 4 orang siswa yang pulang mengikuti orang tuanya ke Indonesia, dan ada tambahan satu orang siswa baru. Sehingga jumlah siswa per 26 Juli 2008 adalah 17 orang.

4.        Jumlah kelas : 3 (tiga) ruang, yaitu Kelas Bali (ruang belajar kelas 1 dan 2), Kelas Halmahera (ruang belajar kelas 3 dan 4), dan Kelas Flores (ruang belajar kelas 5 dan 6)

5.        Status ruang kelas : pinjam dari ECIS (Education Center for International Student) Nagoya University, sebanyak tiga ruang kelas

6.        Jumlah dan Kondisi Guru : 14 guru dengan status volunteer. Sebagian besar guru adalah para mahasiswa beberapa universitas di Nagoya dan para Ibu yang kesemuanya berpendidikan minimum sarjana. Setiap guru mengajar dengan sistem rotasi.

7.        Pengelola : Kegiatan ini diselenggarakan di bawah koordinasi PPI Jepang komsat Nagoya, dengan menunjuk penanggung jawab (coordinator) kegiatan salah satu di antara guru yang mengajar.

8.        Pelaksanaan kegiatan : Kegiatan belajar mengajar berlangsung secara rutin pada hari Sabtu pada pukul 15.00 hingga pukul 16.30. Selama 1,5 jam belajar setiap rombongan belajar mendapatkan 2 buah mata pelajaran.

9.        Jenis mata pelajaran : Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, IPA dan IPS.  Kesemua mata pelajaran ditekankan untuk melatih kemampuan anak berkomunikasi, membaca, dan memahami Bahasa Indonesia dengan baik. Sehingga sebagai contoh dalam pelajaran Matematika, pembelajaran lebih banyak menekankan kepada kemampuan anak memahami soal cerita dalam Bahasa Indonesia. Pelajaran IPA dan IPS dimaksudkan untuk mengenalkan anak dengan berbagai istilah ilmu sains dan ilmu social dalam Bahasa Indonesia.  Adapun pelajaran Bahasa Inggris adalah untuk melatih kemampuan anak berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Pelajaran Bahasa Inggris hanya diberikan kepada kelas Halamahera (3 dan 4) dan Kelas Flores (5 dan 6). Pelajaran moral dan agama disepakati untuk tidak dimasukkan sebagai salah satu mata pelajaran dengan pertimbangan orang tua dapat membimbing putra-putrinya di rumah.

10.    Jadwal belajar :

Pekan I adalah Bahasa Indonesia dan Matematika

Pekan II adalah IPA dan IPS

Pekan III adalah Bahasa Inggris

Pekan IV adalah Bahasa Indonesia dan Matematika

11.  Pendanaan : Pendanaan kegiatan dicadangkan dari biaya partisipasi kegiatan yang dibebankan kepada orang tua sebesar 1500 yen per bulan.  Bagi orang tua dengan lebih dari 1 putra maka hanya dibebankan untuk membayar atas nama satu orang siswa saja.

12.  Materi Belajar : Buku panduan yang dipergunakan adalah Buku Pelajaran SD terbitan Airlangga sesuai dengan kurikulum KTSP, masing-masing satu set (untuk keempat mapel) untuk setiap kelas. Kecuali Bahasa Inggris hanya dipergunakan untuk kelas Halmahera (3 dan 4) dan Kelas Flores (5 dan 6).

13.  Kegiatan ekstra : Selain kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, diselenggarakan pula kegiatan pembinaan keseniaan daerah, dan dalam periode 6 bulan penyelenggaran kegiatan kelompok belajar ini, terdapat dua kegiatan besar yang berhasil diikuti yaitu, Kegiatan Festival Anak Kota Togo, Aichi (17 Mei, 2008) dan Kegiatan Festival Tahunan Nagoya University (6 Juni, 2008).

KENDALA

1.      Untuk pengadaan materi belajar setiap guru dimohon kerelaannya untuk memfotocopy materi belajar yang akan dibagikan kepada siswa. Hal ini karena buku pegangan belajar hanya dimiliki oleh guru. Upaya ini cukup membebani para guru dan menghambat proses belajar mengajar di dalam kelas.

2.      Sebagian besar anak tidak dapat menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar disebabkan sebagian dari mereka bersekolah sejak TK di Jepang.  Kesulitan ini diatasi dengan mengajarkan pelajaran Bahasa Indonesia secara basic kepada semua kelas. Dengan jumlah guru 2 orang per kelas per kegiatan, maka dimungkinkan untuk memantau masing-masing murid dan melakukan pembimbingan secara individual. Namun kegiatan ini menjadi terhambat seiring dengan kesibukan mahasiswa sebagai sumber utama tenaga pengajar. Beberapa kali kegiatan belajar mengajar hanya ditangani oleh satu orang guru.

3.      Buku-buku panduan sesuai kurikulum KTSP dirasa tidak memenuhi keinginan dan semangat belajar setiap anak, sehingga guru perlu mencari sumber materi belajar yang lainnya yang mampu mengimbangi keingintahuan anak. Kegiatan untuk mengadakan sumber-sumber belajar ini menjadi tersendat dengan kesibukan guru sebagai mahasiswa.

4.      Keberagaman anak dalam satu kelas terkadang menyulitkan guru untuk memberikan materi pelajaran yang tepat. Sebagai contoh kelas Halmahera dengan siswa setara kelas 3 dan 4 SD, tidak memungkinkan untuk diberikan pelajaran dengan model klasikal, tetapi pengajaran secara privat juga tidak memungkinkan dengan ruangan yang terbatas dan atau kegiatan belajar mengajar yang digabung.

4 responses to “Sejarah

  1. assalamualaikum 🙂
    waaah, sekarang ada sekolah bhineka yaaa…
    pas jaman saya umur 1-5 tahun ga ada (skitar 20 tahun yang lalu)…
    saya juga dulu menghabiskan masa kecil saya hampir 5 tahun di jepang, tepatnya di nagoya juga 🙂
    saya ikut otosan yang skolah di nagoya daigaku
    salam kenal

    wassalam,
    ~ widhi adrianna

  2. Indah

    Saya ingin menanyakan, kapan waktu u/ thn ajaran baru di Jepang. mengingat kalau di Indonesia sendiri thn ajaran baru setiap pertengahan bln Juli. Dan apakah setiap trisemester slalu diadakan midtest seperti layaknya jdwl ujian di Indonesia.?
    Terima kasih

    • sekolahbhinneka

      @Arumi : Tahun ajaran baru di Jepang dimulai bulan April, 1. Tidak ada midtest atau ujian akhir, tp ada banyak PR dan ulangan.

Leave a comment