Kunjungan ke Pusat Disaster Minato, Nagoya

Tak lama setelah kegiatan pramuka, anak-anak Sekolah Bhinneka berkesempatan mengunjungi pusat penanggulangan bencana yang terletak di Minato, Nagoya. Tempat ini merupakan pusat pengenalan dan sekaligus berupa museum. Di dalamnya dilengkapi dengan pameran peralatan penyelamatan, mobil pemadam, helikopter, pelampung, dan segala jenis pakaian penyelamatan.

Ada tiga pelatihan yang diikuti pada hari itu, yaitu pelatihan gempa, tsunami/banjir, dan kebakaran.

Pada pelatihan gempa, peserta dipersilahkan duduk di kursi-kursi yang dipasang melingkari sebuah meja yang diletakkan dalam sebuah ruang makan. Kemudian secara berangsur-angsur goyangan gempa terjadi, mulai dari skala terkecil hingga skala 7. Pada saat mulai ada getaran gempa, semua peserta diperintahkan untuk berlindung di bawah meja. Goyangan skala 7 cukup membuat lutut bergetar, barang-barang berjatuhan dari atas lemari dan tentu saja meja berubah posisi. Setelah keadaan aman, maka yang harus dilakukan adalah membuka pintu, mematikan listrik dan gas, kemudian keluar mencari tempat yang aman.

Latihan kedua adalah penanggulangan banjir dan tsunami. Pada bagian ini, kepada anak-anak dipertunjukkan foto-foto saat terjadi banjir besar karena tsunami di Nagoya beberapa tahun yang lalu. Saat terjadi tsunami atau banjir, maka hendaklah berlari menuju tempat yang tinggi, dan jangan lupa mengenakan sepatu boot, membawa jas hujan dan makanan/minuman secukupnya.

Pelatihan ketiga adalah menyelematkan diri dari kebakaran. Lokasinya disetting seperti restoran. Saat terjadi kebakaran, maka lampu/listrik pastilah mati, dan asap mengepul di mana-mana. Dalam kondisi seperti ini, usahakan agar hidung selalu tertutup, baik dengan sapu tangan maupun ditutupi dengan lengan baju. Karena gelap tertutup asap, orang dewasa biasanya kesulitan mencari jalan keluar, sebab pandangannya tertutup oleh asap yang membumbung ke atap. Anak-anak kecil biasanya lebih cepat mencari jalan keluar karena badannya lebih pendek, sehingga pandangannya tidak tertutup asap. Dalam kondisi penyelamatan, jangan memegang gagang pintu karena panas, dan jangan berjalan sambil menyusuri dinding, sebab akan menyulitkan mencari jalan keluar. Jika membawa HP, manfaatkan lampunya untuk mencari jalan keluar.

Ketiga pengalaman tersebut sedapat mungkin diingat oleh anak-anak sebagai bekal penyelamatan saat menghadapi bencana.

Sekalipun anak-anak SD di Jepang selalu diberi peatihan serupa, tetapi orang tua jarang mendapatkan kesempatan yang sama. Oleh karena itu tindakan penyelematan tidak saja dipelajari anak, tetapi orang tua, terutama Ibu yang lebih dahulu harus menguasai keadaan.

Leave a comment

Filed under Uncategorized

Leave a comment